Kontroversi Perusahaan Pabrik Pemasok Serpih Kayu Royal Golden Eagle

0
187
Tumpukan gelondongan kayu Akasia di atas tongkang.

JURNAL INVESTIGASI 4

 

DEFORESTASI belakangan ini rantai dua perusahaan pemasok kayu yang memiliki kaitan dengan RGE: PT Balikpapan Chip Lestari yang mengoperasikan pabrik serpih kayu di Balikpapan, Kalimantan Timur, dan Asia Symbol (Shandong) Pulp & Paper, anak perusahaan RGE yang mengoperasikan pabrik pulp dan kertas di Rizhao, Tiongkok.

PT Kutai Chip Mill, pabrik serpih kayu di Balikpapan, Kalimantan Timur, diketahui pernah mengirim kayu ke Asia Symbol (Shandong) Pulp & Paper. Sebuah pabrik milik RGE Group di Rizhao di Provinsi Shandong, Tiongkok. Pada Desember 2019, menurut catatan perusahaan, nama perusahaan pemilik pabrik serpih kayu berubah menjadi PT Balikpapan Chip Lestari (BCL). Pada 2021 dan 2022, setelah beberapa tahun tidak aktif, BCL menerima hampir 1,5 juta meter kubik kayu dari sembilan pemasok kayu pulp di Kalimantan.

Dari kayu tersebut, pabrik serpih kayu mereka dilaporkan memproduksi 580.463 serpih kayu kering (bone dry ton–BDT), sebanyak 561.919 BDT dilaporkan diekspor. Berdasarkan data perdagangan pada tingkat pengapalan dan laporan pelacakan kapal, hampir semua serpih kayu dikirim oleh kapal angkut khusus serpih kayu dari pelabuhan BCL ke pabrik pulp dan kertas RGE di Rizhao: Asia Symbol (Shandong) Pulp & Paper.

“Asia Symbol juga mengakui, adanya pengiriman serpih kayu dari PT Balikpapan Chip Lestari ke pabrik pulp dan kertas Asia Symbol di Rizhao, Tiongkok pada 2021 dan 2022,” ungkap Syharul Fitra, Juru Kampanye Hutan Greenpeace Indonesia.

 

DEFORESTASI PADA AREA KONSESI PEMASOK KAYU

Tiga dari sembilan pemasok kayu untuk pabrik serpih kayu PT Balikpapan Chip Lestari pada 2021 dan 2022, menurut Nusantara Atlas, telah melakukan deforestasi dalam jumlah cukup luas di area konsesi kebun kayu sejak kebijakan bebas deforestasi RGE mulai dicanangkan. PT Industrial Forest Plantation mengelola area konsesi seluas 101.840 hektare di Kalimantan Tengah, PT Adindo Hutani Lestari mengelola area konsesi seluas 181.437 hektare di Kalimantan Utara, dan PT Fajar Surya Swadaya memiliki 56.211 hektare di Kalimantan Timur.

Secara gabungan deforestasi seluas 37.105 hektare terdeteksi pada area konsesi kebun kayu perusahaan-perusahaan ini antara awal 2016 dan akhir 2022. PT Industrial Forest Plantation memiliki tingkat deforestasi tertinggi kedua pada 2022. Selama periode 2016–2022, luas deforestasi pada area konsesi PT Industrial Forest Plantation seluas 21.827 hektare dengan puncak kehilangan hutan tahunan mencapai 6.790 hektare pada 2022.

Terletak di Kalimantan Tengah di utara ibu kota Provinsi Palangkaraya, PT Industrial Forest Plantation memasok 15.615 meter kubik kayu untuk BCL pada 2022. Hampir seluruh area konsesi PT Industrial Forest Plantation, termasuk hutan yang belum lama dibabat, teridentifikasi sebagai habitat orangutan Kalimantan Tengah. Basis data penerimaan negara bukan pajak (PNBP) milik Pemerintah Indonesia mengindikasikan, bahwa hampir 60.000 meter kubik kayu bulat besar dari hutan alam (diameter lebih dari 30 sentimeter) ditebang oleh PT Industrial Forest Plantation pada 2022, namun tidak satu pun dilaporkan masuk BCL.

Di dalam area konsesi kebun kayu PT Adindo Hutani Lestari, kehilangan tutupan hutan seluas 10.627 hektare terdeteksi antara tahun 2016 dan 2022. Terletak di sebelah timur laut Kalimantan, PT Adindo Hutani Lestari memasok 62.105 meter kubik kayu untuk BCL pada 2021. Perusahaan tersebut secara konsisten juga merupakan pemasok kayu terbesar untuk Riau Andalan Pulp & Paper milik APRIL di Sumatera, mengirim 615.472 meter kubik kayu ke pabrik APRIL/RAPP pada 2022. RGE dan APRIL menyangkali bahwa deforestasi di area konsesi PT Adindo Hutani Lestari sebagaimana didokumentasikan dalam laporan NGO selama 2020 dan 2021, merupakan dampak dari pelanggaran komitmen bebas deforestasi RGE dan APRIL.

Pada area konsesi HTI yang dikelola oleh PT Fajar Surya Swadaya, kehilangan tutupan hutan seluas 4.651 hektare terdeteksi antara tahun 2016 dan 2022, termasuk area hutan yang diidentifikasi sebagai habitat orang utan oleh Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Republik Indonesia. Berlokasi di Kalimantan Timur, PT Fajar Surya Swadaya pada 2022 memasok 44.746 meter kubik kayu untuk BCL dan 54.941 m3 untuk Riau Andalan Pulp & Paper milik APRIL di Sumatera.

Setelah sebuah laporan masyarakat sipil mengenai deforestasi di area konsesi Fajar Surya Swadaya diterbitkan pada 2018, kompetitor RGE Asia Pulp & Paper yang juga membeli kayu dari Fajar Surya Swadaya, mengakui bahwa pengurangan lahan hutan tersebut melanggar kebijakan bebas deforestasi mereka sendiri dan memberhentikan Fajar Surya Swadaya sebagai pemasok.

Sedangkan APRIL justru menyanggah bahwa deforestasi tersebut mengakibatkan pelanggaran kebijakan bebas deforestasi mereka, dan pengiriman kayu ke pabrik Riau Andalan Pulp & Paper terus dilanjutkan. Pada bulan April 2023, Forest Stewardship Council mengumumkan hasil penilaian yang mengindikasikan adanya konversi yang signifikan, yaitu lebih dari 10.000 ha, pada areal konsesi PT Fajar Surya Swadaya dan salah satu pemasok kayu pulp lainnya antara tahun 2013 dan 2018.

“APRIL merespons konfirmasi pada tahun 2018 bahwa perusahaan merupakan pemasok pasar terbuka untuk pasokan kayu perkebunan. Uji tuntas mencatat bahwa PT FSS menugaskan Tropenbos International untuk melakukan penilaian High Conservation Value atas area konsesi mereka pada April 2015. Ini menjadi dasar untuk pengembangan perkebunan yang dijalankan di area non-HCV pada 2016–2017,” ujarnya. (*)

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here